Ini bukan kali pertama Fujimoto berjalan-jalan ke kawasan berbahaya. Tahun lalu dia berada di Yaman saat warga negeri itu melakukan unjuk rasa di kedutaan besar Amerika Serikat. Setahun sebelumnya Fujimoto berada di Mesir menjadi saksi jatuhnya kekuasaan Hosni Mubarak.
Petualangannya tak akan berhenti di Suriah. Akhir tahun ini Fujimoto berencana untuk pergi ke Afganistan dan hidup bersama kelompok Taliban.
Namun, saat ini Fujimoto sedang "menikmati" wisata sepekan di Aleppo, Suriah yang selama enam bulan terakhir menjadi medan tempur antara pasukan pemerintah Suriah dan pasukan pemberontak dalam konflik yang sudah menghilangkan 60.000 nyawa itu.
Pada akhir 2011, Fujimoto sudah pernah mengunjungi Suriah selama dua pekan dengan menggunakan visa turis. Namun kali ini dia menyelundup ke Suriah melalui Turki.
Dengan mengenakan pakaian angkatan darat Jepang dan "bersenjatakan" dua buah kamera dan sebuah kamera video, Fujimoto menuju ke garis depan manapun untuk mendokumentasikan kehancuran kota terbesar kedua di Suriah itu dan pernah menjadi ibu kota komersial negeri itu.
Fujimoto yang tak bisa berbahasa Inggris dan Arab, hanya mengetahui beberapa kata dalam bahasa Arab seperti "berbahaya" atau "garis depan". Satu-satunya cara dia berkomunikasi adalah dengan menggunakan perangkat Google translate.
"Saya selalu pergi sendiri karena tidak ada pemandu wisata yang bersedia pergi ke garis depan," kata Fujimoto.
"Ini sangat menyenangkan. Sangat memompa adrenalin. Di Suriah lebih berbahaya menjadi wartawan ketimbang turis," lanjut dia.
Setiap hari, Fujimoto menuju ke garis depan dan berada bersama pasukan pemberontak yang terlibat baku tembak dengan pasukan pemerintah.
"Semua ini sangat menyenangkan. Bahkan anggota pasukan pemberontak tak jarang meminta foto bersama saya," kata dia.
Tak jarang para pemberontak memperingatkan dia soal bahaya para sniper atau penembak jitu. Namun, Fujimoto tak mempedulikan peringatan itu dan tetap mengambil foto untuk diunggah ke akun Facebook-nya.
"Para sniper tidak mengincar saya karena saya hanya seorang turis, bukan wartawan. Saya bahkan tak khawatir jika saya akhirnya tewas tertembaj," kata Fujimoto yang tak pernah mengenakan pakaian anti-peluru itu.
Fujimoto, yang sudah bercerai dari istrinya itu memiliki tiga orang putri yang tak dilihatnya selama lima tahun terakhir.
"Mereka bahkan tidak menghubungi saya lewat Facebook atau internet. Itu menyedihkan saya," ujarnya sambil terisak.
Meski demikian, Fujimoto memiliki asuransi jiwa untuk ketiga putrinya itu.
"Saya berdoa setiap hari, jika terjadi sesuatu menimpa saya, maka saya harap uang asuransi saya bisa membuat hidup ketiga putri saya bahagia," dia berharap.
Meski dia banyak mengunggah foto konflik Suriah ke internet, Fujimoto tak mendapatkan uang sepeserpun dari foto-fotonya itu. Padahal untuk pergi ke Suriah dia menghabiskan uang 2.500 dollar AS untuk penerbangan ke Turki dan mengeluarkan biaya 25 dollar AS per hari untuk warga Suriah yang memberinya penginapan dan akses internet. (kompas/AniMangA Plus)
Perhaps you should help to make modifications towards the page brand in order to some
BalasHapusthing attractive. I first visited a couple various other final results, just because there
is a greater title. Nonetheless a few things i desired I uncovered listed here.
Also visit my web-site ; Genital Warts Natural